Makalah Agama Kristen : DOSA
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Siapakah
yang mengerti dosa? Dosa yang sudah menguasai seluruh dunia. Bagaimana manusia
yang dikuasai dapat mengerti kuasa yang membelenggu mereka? Manusia yang jatuh
tidak mengetahui betapa tidak berdayanya mereka di bawah kuasa dosa.
Melalui
penerangan Kitab Suci, umat Kristen percaya bahwa semua manusia telah berdosa.
Akan tetapi seringkali kita mengungkapkan pernyataan ini begitu saja tanpa
merenungkan arti yang sebenarnya. Kita meremehkan dosa dan kuasanya yang
menakutkan. Banyak orang Kristen sekarang yang bahkan tidak dapat membedakan
dosa dari buah dosa, walaupun perbedaan ini sangat penting.
Kurangnya
pengertian ini telah mengakibatkan banyak kesalahan aplikasi, baik dalam
kehidupan pribadi maupun masyarakat. Bahkan seringkali sekalipun orang-orang
Kristen memiliki pengertian dosa yang benar secara “teori”, saat menerapkannya
mereka menjadi tidak konsisten dan kadang-kadang berlawanan arah, seakan-akan
mereka tiba-tiba mempunyai presaposisi yang berbeda ketika berurusan dengan
“praktek”. Ternyata memang mudah memisahkan pengetahuan dari aplikasi. Hmm…
kontradiksi ini pun merupakan salah satu akibat dosa. Maka sangatlah perlu
direnungkan bagaimana pengertian akan doktrin dosa yang benar dapat diterapkan
secara konsisten di dalam hidup kita sehari-hari dan pandangan kita terhadap
kebudayaan, sistem, dan semua aspek penting dalam kehidupan manusia.
Kita
sering berdoa agar Tuhan mengampuni dosa kita dan kita memanggil orang-orang
untuk percaya kepada Yesus Kristus dan bertobat dari dosa mereka. Tetapi di
dalam rutinitas hidup, kita sepertinya tidak percaya bahwa kita adalah orang
berdosa. Kita mengakui bahwa semua manusia sudah berdosa dan tidak ada yang
benar, tidak ada yang baik, akan tetapi kita masih menganggap anak kesayangan
kita adalah seorang malaikat yang innocent. Kita berkhotbah bahwa upah
dosa adalah maut, akan tetapi kita tidak dapat menerima kenyataan ketika
seseorang yang kita kasihi, yang juga manusia berdosa, meninggal dunia. Kita
mengatakan bahwa tanah telah terkutuk karena dosa, dan kita harus berjerih
payah seumur hidup untuk mencari nafkah dan tanah akan menghasilkan semak duri,
akan tetapi kita masih bingung kok hidup ini susah sekali dan masih
mengharapkan segala sesuatu berjalan lancar sesuai kemauan kita. Kita percaya
ini adalah dunia yang sudah jatuh tetapi kita masih berasumsi dunia ini adalah
sorga. Apakah kita benar-benar percaya kita adalah manusia berdosa dan dunia
ini sudah jatuh? Seringkali pengharapan kita dan perlakuan kita terhadap
kehidupan di dunia ini bertolak belakang dengan pengakuan iman kita.
Tidak
banyak orang Kristen yang hidup konsisten sesuai dengan pengertian yang benar
akan dosa dan dengan kesadaran akan kenyataannya. Bahkan yang mengerti pun
cenderung hanya membatasi pengertian dan aplikasi kepada kehidupan pribadi dan
lingkungan mereka. Sebenarnya yang lebih serius adalah cengkeraman dosa atas
sistem dan kebudayaan masyarakat. Dosa perorangan memang serius, akan tetapi
yang lebih menakutkan adalah ketika dosa menguasai sedemikian rupa ke dalam
sistem dan kebudayaan sehingga orang-orang seakan-akan tidak dapat mencari
nafkah jika mereka tidak ikut melakukan dosa. Dalam keadaan yang seperti ini,
hal-hal yang salah “terpaksa” dilakukan. Lambat laun, orang-orang menjadi ahli
dan terbiasa melakukan hal-hal yang salah. Mereka tidak lagi merasa bersalah
karena mereka sepertinya tidak ada pilihan lain dalam sistem yang demikian.
Misalnya,
kelemahan sistem di Indonesia sudah melahirkan sebuah kebudayaan yang malas dan
menerima penyuapan. Ada terlalu banyak contoh bagaimana hukum dapat
dimanipulasi dengan mudah di Indonesia, dari masalah-masalah kecil sampai
masalah-masalah besar. Dengan kondisi sistem dan budaya sudah seperti ini,
sangat sulit dan kadang-kadang hampir tidak mungkin bagi seseorang untuk
menjalankan pekerjaannya kalau ingin menaati hukum yang tertulis. Kebudayaan
yang seperti ini menyebabkan masyarakat kehilangan harapan dan hormat terhadap
hukum.
B. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini di antaranya sebagai berikut :
1.
Pembaca Dapat Mengetahui Definisi Dosa .
2.
Pembaca Dapat Mengetahui Asal Mula Dosa
3.
Pembaca Dapat Mengetahui Istilah-istilah Dosa
dalam Alkitab
4.
Pembaca Dapat Mengetahui Hukum Allah dalam Hal
Dosa
5.
Pembaca Dapat Mengetahui Fakta-fakta tentang Dosa
6.
Pembaca Dapat Mengetahui Teori-teori tentang Dosa
7.
Pembaca Dapat Mengetahui Teori-teori Kristen
tentang Dosa
8.
Pembaca Dapat Mengetahui Hakekat Dosa
9.
Pembaca Dapat Mengetahui Empat Relasi Universal
Dosa
10. Pembaca Dapat Mengetahui Penyebaran Dosa
11. Pembaca Dapat Mengetahui Jenis-jenis Dosa
12. Pembaca Dapat Mengetahui Akibat/Pengaruh Dosa
13. Pembaca Dapat Mengetahui arti Kemenangan atas Dosa
14. Pembaca Dapat Mengetahui arti Keselamatan
BAB II Isi
A. Definisi Dosa
Alkitab mengajarkan bahwa dosa lebih
dari sekedar kegagalan etika. Untuk
menyatakan dosa dengan sesuatu yang tidak tepat hanya mendangkalkan arti dosa
itu.
1. Berbicara secara philology, dosa berarti “tidak mencapai
target”.
Perjanjian
Baru menggunakan kata hamartia untuk mengindikasikan bahwa manusia diciptakan
dengan sebuah standar atau target sebagai tujuan dan arah hidup. Ini berarti
kita harus bertanggung jawab kepada Allah. Ketika dosa datang, kita gagal untuk
mencapai standar Allah. Setelah kejatuhan manusia, pandangan manusia mengenai
target kehidupan menjadi kabur dan kehilangan criteria arah hidup,. Inilah
alasan Allah untuk mengutus AnakNya untuk kembali menunjukkan standar itu dan
menjadikan Dia sebagai kebenaran dan kesucian kita. Tujuan hidup manusia hanya
dapat ditemukan kembali melalui contoh sempurna dari Kristus yang berinkarnasi.
2. Berbicara dari sudut posisi, dosa adalah satu perpindahan dari status yang mula-mula.
2. Berbicara dari sudut posisi, dosa adalah satu perpindahan dari status yang mula-mula.
Manusia
diciptakan berbeda, dalam perbedaan posisi, dengan tujuan untuk menjadi saksi
Allah, diciptakan antara Allah dan Iblis, baik dan jahat. Setelah kejatuhan
setan, manusia diciptakan dalam kondisi netral dari kebaikan, yang dapat
dikonfirmasikan melalui jalan ketaatan, diciptakan sedikit lebih rendah dari
Allah tapi mempunyai dominasi atas alam, diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah.
Ketaatan yang benar dari manusia di hadapan pemerintahan Allah adalah rahasia untuk mengatur alam, dan untuk mencapai tujuan yang benar dari kemuliaan nature pencipta dalam hidup manusia. Segala pencobaan datang kepada manusia selalu dalam usaha mencoba untuk membawa manusia jauh dari posisi rencana Allah yang mula-mula.
Kemudian datang kekacauan. Hal yang sama terjadi juga kepada malaikat tertinggi atau Alkitab mengatakan,”Mereka tidak mempertahankan status mereka yang pertama” untuk menjelaskan kejatuhan mereka. Inilah satu konsep yang benar dalam mengerti mengenai dosa.
3. Dosa adalah penyalahgunaan kebebasan.
Ketaatan yang benar dari manusia di hadapan pemerintahan Allah adalah rahasia untuk mengatur alam, dan untuk mencapai tujuan yang benar dari kemuliaan nature pencipta dalam hidup manusia. Segala pencobaan datang kepada manusia selalu dalam usaha mencoba untuk membawa manusia jauh dari posisi rencana Allah yang mula-mula.
Kemudian datang kekacauan. Hal yang sama terjadi juga kepada malaikat tertinggi atau Alkitab mengatakan,”Mereka tidak mempertahankan status mereka yang pertama” untuk menjelaskan kejatuhan mereka. Inilah satu konsep yang benar dalam mengerti mengenai dosa.
3. Dosa adalah penyalahgunaan kebebasan.
Penghormatan
terbesar dan hak istimewa yang Allah berikan kepada manusia adalah karunia
kebebasan.
Kebebasan
menjadi satu factor yang tidak bisa ditawar-tawar lagi sebagai fondasi dari
nilai moral. Hasil moral hanya dapat berakar dalam kerelaan, tidak lahir karena
paksaan. Arti kebebasan mempunyai dua pilihan: hidup berpusatkan Allah atau
hidup berpusatkan diri sendiri. Ketika manusia menaklukkan kebebasannya di
bawah kebebasan Allah, itulah pengembalian kebebasan kepada pemilik kebebasan
yang mula-mula.
Jenis
pengembalian ini mencari kesukacitaan dari kebebasan dalam batasan kebenaran
dan kebaikan Allah. Sejak Allah adalah realita dari kebaikan itu sendiri,
segala macam pemisahan dariNya akan menyebabkan keburukan, dan juga hidup
berpusat diri sendiri jelas penyebab dosa. Terlalu berpusat pada diri sendiri akan
menjadi awal ketidakbenaran. Kebebasan tanpa batas dari kebenaran Allah akan
menjadi kebebasan yang salah. Bukanlah suatu kebebasan yang dimaksudkan Yesus
ketika Ia berkata,”Tidak seorangpun dapat mengikuti Aku tanpa menyangkal
dirinya sendiri”.
4. Dosa adalah kuasa yang menghancurkan.
4. Dosa adalah kuasa yang menghancurkan.
Dosa tidak
hanya gagal dalam pengaturan tapi lebih dari itu ada kuasa yang mengikat terus
menerus yang tinggal dalam orang berdosa. Paulus menggunakan bentuk tunggal dan
bentuk jamak dari dosa dalam kitab Roma. Bentuk jamak dari dosa mengindikasikan
perbuatan-perbuatan salah, tapi bentuk tunggal dari dosa berarti kuasa yang
mengarahkan segala perbuatan dosa. Paulus mempersonifikasikan dosa sebagai
kuasa yang memerintah dan prinsip yang mengatur kehidupan orang berdosa. Ia
juga merusak semua aspek kehidupan kepada satu tingkatan di mana tidak ada satu
aspek kehidupan pun yang tidak kena distorsi atau polusi. Inilah yang
ditekankan dan dijelaskan Reformator. Berjuang melawan pengertian tidak lengkap
mengenai kuasa dosa dalam Scholastisisme abad pertengahan. Dosa tidak hanya
mencemarkan aspek kehendak, tapi juga berpenetrasi pada aspek emosi dan rasio.
Tujuan utama
dari kuasa penghancur ini untuk menyebabkan manusia menghancurlan diri sendiri
dan membunuh diri sendiri seperti yang dikatakan Kierkegard, bahwa manusia
dilahirkan dalam dosa. Satu-satunya
kuasa yang kita miliki adalah kuasa untuk membunuh kita sendiri.
5. Dosa adalah penolakan terhadap kehendak Allah yag kekal.
5. Dosa adalah penolakan terhadap kehendak Allah yag kekal.
Akibat
utama dari dosa tidak hanya merusak manusia tapi juga melawan kehendak Allah
yang kekal melalui manusia. Inilah hal yang paling serius yang berhubungan
dengan kesejahteraan rohani semesta. Calvin mengatakan,”Tiada yang lebih besar
daripada kehendak Allah kecuali Allah sendiri.” Ciptaan alam semesta,
keselamatan umat manusia dan kebahagiaan kekal semua ada oleh kehendak Allah.
Sejak dosa menolak terhadap kehendak Allah maka orang Kristen harus sadar
pentingnya ketaatan yang setia kepada kehendak Allah. Seperti Kristus
mengajarkan murid-muridNya untuk berdoa,”Jadilah kehendakMu di bumi seperti di
surga.” Alkitab juga mengajarkan kita dalam 1 Yoh 2:17, bahwa dunia ini sedang
lenyap dengan keinginannya tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap
hidup selama-lamanya.
B. Asal Mula
Dosa
Betapa
suramnya keadaan manusia setelah manusia itu tergoda makan buah pengetahuan
yang baik dan yang jahat. Hanya Adam yang tergoda makan buah beracun sehingga
berdosa, kemudian oleh satu orang itu semua manusia menjadi berdosa karena
diperanakkan. Selanjutnya penderitaan dan hukuman Allah melanda seluruh dunia.
Tampaknya tidak adil ya, kenapa karena satu orang makan buah beracun, seluruh
manusia jatuh ke dalam dosa? Dari manakah asal mula dosa?
§ Roma 5:12 Sebab itu, sama
seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga
maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa.
Apakah dosa berasal dari Adam?
Apakah dosa berasal dari buah beracun yang dimakan oleh Adam? Tetapi Alkitab
berkata bahwa Adam dan buah beracun itu bukanlah asal mula dosa:
I Yohanes 3:8a barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya.
I Yohanes 3:8a barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya.
Iblis
adalah ciptaan Allah, ia diciptakan sebelum manusia ada. Awalnya dia adalah
malaikat yang mulia. Tetapi atas kehendaknya sendiri pada masa yang
lampau, sebelum manusia diciptakan, iblis memberontak kepada Allah. Jadi dosa
berasal dari iblis, bukan Adam, karena iblislah yang pertama kali berbuat dosa
dengan kehendaknya sendiri.
[Kenapa iblis berani memberontak
kepada Allah? Apakah iblis tidak tahu bahwa dia tidak mungkin bisa menang bila
melawan Allah? Adilkah Allah menciptakan makhluk yang tidak sempurna sehingga
memberontak kepada Dia, lalu makhluk itu dihukum selamanya tanpa ada kesempatan
bertobat? Tetapi karena adil pasti lah Allah telah membuat aturan apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan malaikat di Sorga.]
Kita
bisa berkata bahwa Adam "hanyalah" korban tipuan iblis, itu sebabnya
masih ada jalan keluar. Allah adil menciptakan manusia yang tidak sempurna,
lalu berdosa, karena Allah memberikan jalan keluar:
§ Roma 3:25 Kristus Yesus telah
ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini
dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa
yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Oleh
karena iblis yang pertama kali berbuat dosa, dengan kata lain iblis adalah asal
mula dosa, maka dapat disimpulkan:
- Malaikat-malaikat lain yang jatuh berdosa karena digoda/dihasut oleh iblis
- Ular yang menggoda manusia sehingga berdosa di Taman Eden adalah iblis
Malaikat
dan manusia diperlakukan berbeda oleh Allah. Manusia berdosa masih diberikan
kesempatan bertobat oleh karena belas kasihan Allah, sedangkan malaikat yang
jatuh sama sekali tidak mempunyai kesempatan bertobat karena tidak dikasihani
Allah.
§ Ibrani 2:16 Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan
Abraham yang Ia kasihani.
Kenapa
malaikat tidak dikasihani sedangkan manusia dikasihani? Kita harus percaya
bahwa Allah adil membuat ketetapan demikian. Malaikat diciptakan lebih tinggi
dan sempurna dari manusia. Itu sebabnya malaikat tidak diampuni sedangkan
manusia bisa diampuni. Sesungguhnya manusia juga tidak selamanya bisa bertobat
dan dikasihani karena ada waktunya dimana manusia tidak bisa terampuni yaitu
manusia yang telah diberikan kebenaran lalu murtad lagi tidak terampuni karena
tidak bisa lagi dibaharui sehingga bertobat. (Ibrani 6:4-6)
Iblis sangat kuat dan hebat, bahkan
setelah dia berdosa sehingga Mikhael segan kepada nya (Yudas 1:9). Demikian
juga dengan malaikat-malaikat yang jatuh adalah makhluk yang lebih hebat dari
manusia. Itu sebabnya iblis dan malaikat tidak dikasihani waktu mereka berdosa.
Sebaliknya manusia adalah mahluk
yang lemah, mahluk yang tidak patut menyombongkan diri atas apa yang dia miliki
apapun itu. Karena diciptakan sangat lemah, sesungguhnya manusia digariskan/
ditetapkan untuk mengandalkan Tuhan. Itu sebabnya Alkitab berkata celakalah
dan terkutuklah manusia yang sombong, yang mengandalkan kekuatannya sendiri
dan kekuatan manusia.
§ Yesaya 31:1. Celakalah
orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda,
yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda
yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus,
Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN.
§ Yeremia 17:5. Beginilah firman
TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan
kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
Percuma
merasa kuat dan hebat, entah karena kekayaan, kepintaran dan jabatannya, kita
adalah orang yang buta dan tidak mengenal dirinya sendiri. Karena kelemahannya,
manusia sebenarnya digariskan untuk mengenal dan mengandalkan Tuhan.
§ Yeremia 9
9:23. Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,
9:24 tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN."
9:23. Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,
9:24 tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN."
Bila
kita mengenal diri kita sendiri, maka tidak bisa tidak kita seharusnya seperti
Paulus yang berkata:
§ 2 Korintus 12:10 Karena itu aku
senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di
dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka
aku kuat.
Selanjutnya,
bila kita adalah orang yang sudah percaya dan mengetahui kebenaran maka kita
setara dengan malaikat, yaitu dalam hal tidak akan diampuni bila memberontak
(murtad) dari Allah yang hidup.
§ Ibrani 3:12 Waspadalah, hai
saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya
jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.
§ Ibrani 6:6 namun yang murtad
lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat,
sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di
muka umum.
Allah
mengasihani manusia yang berdosa, tetapi tidak mengasihani malaikat yang jatuh.
Sekali lagi Allah mengasihani manusia yang berdosa, tetapi tidak mengasihani
manusia yang telah mengetahui kebenaran tetapi yang murtad kembali. Oleh karena
itu waspadalah!
C. Istilah Dosa dalam Alkitab
Istilah "dosa" muncul
sangat banyak di dalam Alkitab, baik di
dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama
1. Hatta
Kalau kita melihat istilah yang
dipakai dalam bahasa Ibrani adalah "hatta". Istilah ini berarti
jatuh dan mengurangi standard dari
Tuhan yang suci (falling short of the standard of God). Jadi Allah telah menetapkan suatu
standard. Pada waktu kita lepas, kita
turun dari standard yang ditetapkan oleh Allah, itu disebut "hatta" (dosa), sehingga
sebaiknya kita mengerti istilah dosa, bukan
dengan cara dunia dalam pengertian hukum. Waktu berbicara tentang hukum berarti
secara tidak sadar mereka sudah menyetujui bahwa fakta dosa sudah ada di dalam
dunia.
Perkembangan yang terakhir, baik di
Sorbone University di Paris, sebagai sekolah yang terbesar dan terkenal di
dunia Latin, maupun di beberapa sekolah yang tertinggi di Amerika seperti
Harvard dan Yale University, menunjukkan bahwa mereka berusaha untuk mencairkan
atau berusaha untuk mengurangi konsep-konsep tentang keseriusan dosa. Meskipun
demikian mereka tidak mungkin menolak bahwa fakta dosa itu memang ada di dalam
dunia. Berdasarkan pengertian akan fakta dosa secara serius, maka agama
mempunyai tempat dan akar yang cukup kuat dan tidak mungkin dapat dicabut oleh
kebudayaan manapun.
Dosa
merupakan suatu fakta dan dalam pengertian hukum dunia adalah pelanggaran
terhadap sesuatu yang sudah secara perjanjian bersama (konsensus) ditetapkan
oleh ahli-ahli hukum agar menjadi patokan untuk mengatur hidup sosial dan etika
dalam masyarakat. Jikalau
ahli-ahli hukum sudah menyetujui secara konsensus lalu mencantumkan di dalam
hukum suatu negara, maka apa yang dicantumkan itu menjadi standard negara itu.
Barangsiapa berbuat sesuatu yang melanggar konsensus yang dicatat dalam hukum
itu, disebut dosa. Di sini saya melihat kelemahan dari semua negara, semua
hukum dari dunia ini ialah mereka hanya sanggup melihat dosa dari aspek yang
paling rendah yaitu kelakuan yang salah.
Sekali
lagi, meskipun dalam hukum ditentukan perbedaan hukuman atas kesalahan
berencana atau yang tidak berencana, tetapi tidak ada suatu hukum yang bisa
langsung menghukum orang yang mempunyai niat atau rencana di dalam hati namun
belum melakukan sesuatu di luar. Maksudnya, jikalau seseorang mempunyai hati
yang ingin mencuri, tidak ada hukum di dunia yang boleh langsung memenjarakan
dia, kecuali dia sudah melaksanakannya. Dengan demikian di seluruh dunia, pengertian hukum dan
keadilan hanyalah dapat mengerti dosa di dalam hal yang superficial (yang
tampak di permukaan). Dunia hanya mengerti dan menetapkan dosa berdasarkan
sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar suatu konsensus tentang hukum.
Tetapi Alkitab tidak demikian.
Alkitab berkata dengan jelas, "yang membenci seseorang, sudah
membunuh" (Matius 5:21-22). Di sini etika Kristen adalah
etika yang melampaui perbuatan yang nyata di dunia. Etika Kristen merupakan
etika yang langsung ditujukan kepada motivasi seseorang
secara terbuka di hadapan Tuhan. Allah sedemikian marah seperti api yang
menyala-nyala. Allah yang menembus hati sanubari manusia dan tidak melihat
perbuatan di luar, tetapi Dia melihat motivasi Saudara di dalam.
Dosa
dan keadilan Allah, kebenaran Allah menuntut kepada keseluruhan hidup kita,
mulai dari motivasi di dalam, segala rencana di dalam, pikiran di dalam,
mentalitas di dalam, sikap yang setengah di dalam setengah di luar, sampai
perbuatan yang seluruhnya di luar. Semua
ini dituntut oleh Tuhan. Menjadi seorang manusia berarti menjadi orang yang
dicipta menurut peta dan teladan Allah dan dicipta supaya dia berdiri dan
bertanggung jawab secara pribadi kepada Tuhan Allah. (To be a man as created
under the image and the likeness of God is to exist with oneself alone before
God). Tidak ada yang lain yang bisa menghalangi. Saya di hadapan Allah harus
mempertanggungjawabkan segala motivasi saya, semua bibit pikiran saya, semua
sikap mentalitas saya, semua sikap dan sifat pribadi saya, semua perkataan
saya. Ketotalan ini, totalitas dan tanggung jawab ini, menjadikan kekristenan
seperti apa yang dikatakan Kierkegaard bahwa menjadi orang Kristen terlalu
sulit, karena Allah bukan menuntut hal-hal yang tampak di luar. Hukum-hukum di
dunia terlalu rendah. Mereka hanya bisa menunjukkan Saudara berdosa setelah
mereka menemukan dan membuktikan bahwa Saudara sudah berbuat, mengaku, atau
sudah mengekspresikan apa yang Saudara inginkan di dalam perbuatan yang
merugikan orang lain. Tetapi kekristenan dan iman Kristen bukan
demikian. Ia telah menuntut
keseluruhan Saudara sampai ke dalam hati sanubarimu yang sedalam-dalamnya,
sampai ke dalam motivasi Saudara di hadapan Tuhan dimana orang tidak melihat
Tuhannya. Menjadi orang Kristen memang tidak mudah.
Di dalam dunia abad 20 terlalu
banyak gereja yang ingin mendapatkan anggota sebanyak mungkin, maka mereka
menurunkan derajat mutu kekristenan menjadi kekristenan yang mudah diterima, mudah
dilaksanakan, namun itu bukanlah kekristenan yang sejati. Turun lebih rendah
daripada standard yang telah ditetapkan oleh Tuhan, itulah dosa.
Alkitab memakai istilah ini 580 kali
di dalam PL. Istilah "hatta" merupakan suatu istilah yang begitu
menyedihkan Tuhan. Orang Kristen menunjukkan suatu hal yang tidak ada pada
agama lain, yaitu Allah telah menetapkan suatu standard bagi Saudara, sehingga
Saudara tidak bisa hidup sembarangan. Di dalam agama-agama yang lain, mereka
mempunyai standard mereka sendiri. Mereka mempunyai tujuan mereka sendiri dan
tujuan yang mereka harapkan itu berdasarkan diri mereka yang sudah jatuh ke
dalam dosa, yang tidak mereka sadari. Mereka ingin mencapai suatu hidup yang
tinggi yang suci. Namun bagaimanapun tingginya tujuan itu hanyalah merupakan
hasil dari otak yang sudah jatuh di dalam dosa. Sedangkan waktu Allah
mengatakan "hatta", berarti Saudara sudah lebih rendah daripada
standard yang sudah ditetapkan oleh Allah sendiri. Itu artinya dosa.
Dosa jangan hanya dimengerti sebagai
mencuri, berzinah, berjudi, main pelacur, atau mabuk-mabuk, itu memang tidak
benar. Itu dosa, Tetapi hal itu merupakan hal yang superfisial, yang ditujukan
di luar. Tuntutan Alkitab jauh lebih dalam dan lebih lengkap, secara totalitas
daripada itu. Suatu standard telah ditetapkan Allah bagi manusia sebagai syarat
atau kriteria tingkah laku dan moralitas manusia. Itu yang disebut kebenaran
dan keadilan Allah.
2. Avon
Istilah kedua di dalam bahasa Ibrani
adalah "avon". Ini berarti sesuatu "guilty" (kesalahan)
atau suatu hal yang mengakibatkan kita merasa patut dihukum. Istilah ini sulit
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Suatu
perasaan di dalam diri kita yang menganggap diri cacat atau perasaan di dalam
jiwa yang merasa diri kurang benar, sehingga kita selalu merasa mau menegur
diri. Hal ini bersangkutpaut dengan fungsi hati nurani yang diberikan hanya
kepada manusia saja. Tidak ada binatang yang mempunyai 'guilty feeling', tidak
ada binatang yang bisa menegur diri karena merasakan sesuatu hal yang tidak
benar yang sudah diperbuatnya. Tetapi manusia tidak demikian. Setelah Saudara
berbuat kurang sopan terhadap seseorang, Saudara akan pikir lagi, "Wah,
mengapa tadi saya berbuat begitu ya? Seharusnya saya tidak begini, tapi mengapa
begini dan toh sudah begini lalu bagaimana atau terus begini?" Saudara
mempunyai perasaan berhutang atau perasaan bahwa Saudara patut dihukum.
Perasaan sedemikian berdasarkan suatu pikiran dari apa yang sudah Saudara
kerjakan, lalu hal itu dikaitkan dengan diri Saudara sebagai status dalam
keadaan patut dihukum, itu disebut "guilty", "avon".
3. Pesha
Alkitab memakai istilah ketiga dalam
bahasa Ibrani, yaitu "pesha". "Pesha"
berarti semacam pelanggaran. Pelanggaran berarti ada suatu batas yang sudah ditetapkan,
tetapi Saudara melewatinya atau sudah ada suatu standard namun bukan saja tidak
bisa mencapai tetapi juga Saudara mau melawan atau melanggar. Maka pengertian
ini bersangkut paut dengan suatu pengetahuan yang jelas, ditambah dengan
kemauan yang tidak mau taat. Saya tahu apa itu baik, tapi saya sengaja melawan.
Saya tahu batas sudah di situ, tetapi saya sengaja mau melewatinya. Tahu batas
dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati, itu disebut "pesha".
Dalam Perjanjian Baru
Dalam Alkitab PB ada 2 istilah dalam bahasa Yunani yang penting sekali.
1. Adikia
Adikia berarti perbuatan yang tidak
benar. Hal ini merupakan perbuatan lahiriah atau dari luar, yang dinilai
merupakan sesuatu perbuatan yang tidak benar sama seperti yang dikatakan oleh
hukum- hukum dunia tentang orang bersalah. Di pengadilan ketika semua
pemeriksaan sudah selesai, maka hakim akan memvonis, bahwa Saudara bersalah.
Itulah "adikia", berarti Saudara sudah berbuat salah.
Tetapi Perjanjian Baru sama dengan
Perjanjian Lama, sama-sama wahyu yang diberikan oleh Allah yang suci, satu
sumber, satu Roh Kudus, satu Allah yang memberikan wahyu baik kepada Perjanjian
Lama dengan media bahasa Ibrani maupun kepada orang-orang di Perjanjian Baru
dengan media bahasa Yunani. Sumbernya satu, Allah yang satu, standard yang
satu.
2. Hamartia
Istilah kedua dalam Perjanjian Baru
adalah "hamartia" yang artinya adalah kehilangan, meleset dari target
atau sasaran yang ditetapkan. Jika saya melepaskan satu anak panah menuju pada
satu sasaran yang sudah jelas, yaitu lingkaran tertentu yang harus dicapai,
tetapi anak panah itu jatuh satu meter sebelum sasaran itu, maka itu disebut
"hamartia". Sekali lagi saya berusaha untuk melepaskan panah, tetapi
kini bukan tidak sampai, tapi terus lewat jauh dari target yang ditetapkan,
itupun disebut "hamartia". Atau ketiga kalinya saya melepaskan panah,
panah itu terbang menuju sasaran, namun menancap 2 cm dari sasaran, berhenti di
pinggir target itu, itu tetap artinya "hamartia".
Jadi disini tidak peduli kurang
berapa meter, lebih berapa cm atau meleset hanya beberapa mm, itu semua
dianggap sama. Hanya mereka yang betul-betul kena dengan sasaran asli, itu yang
dianggap benar. Yang lain semua dianggap "hamartia".
Dari kelima istilah, tiga dalam
bahasa Ibrani, di PL dan dua dalam bahasa Yunani, kita melihat suatu gambaran
yang jelas, manusia dicipta bukan untuk kebebasan yang
tanpa arah, tetapi manusia dicipta
dengan standard yang sudah ditetapkan!
Tugas seumur hidup yang paling penting
bagi Saudara ialah menemukan target yang Tuhan tetapkan bagi Saudara demi
kemuliaan Allah. Kalau kita sudah tepat pada target yang Tuhan tetapkan bagi
kita, barulah kita menjadi satu manusia yang tidak ada pelanggaran atau tidak
ada keadaan jatuh dari standard asli, baru kita disebut orang benar, orang yang
sesuai dengan kehendak Allah. Saya harap melalui pembinaan seperti ini, kita
mengoreksi konsep-konsep yang tidak benar.
Jika
Saudara mengikuti kebaktian puluhan ribu kali atau ratusan kali di gereja
setiap minggu, tetapi teologi Saudara tidak dibereskan, kalau iman Saudara
tidak dibereskan oleh firman Alkitab sendiri, Saudara menjadi orang Kristen
yang terus terjerumus di dalam konsep- konsep yang salah, maka segiat apapun
tidak ada gunanya karena Saudara belum pernah menemukan target itu apa, belum
pernah menemukan definisi yang benar itu apa. Pengertian-pengertian yang mengoreksi membuat kita
mendapatkan suatu integrasi yang betul-betul lengkap dan mengerti Firman Tuhan
dengan baik lalu membuat pelayanan kita menjadi baik.
Dari
"hatta", "avon", "pesha", "adikia",
"hamartia" ini, arti istilah dosa dalam seluruh Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru begitu jelas bahwa kalau standard yang ditetapkan oleh Tuhan
kita lepas atau kita kurangi atau belum kita capai disebut oleh Tuhan sebagai
dosa.
D. Hukum Allah Dalam Hal Dosa
1. Perlunya hukum.
a. Di alam semesta.
Allah adalah pencipta alam semesta
dan pemberi hukum dalam alam semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia
menciptakannya dengan diatur hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di
alam semesta. Jadi alam semesta takluk pada hukum-hukum Allah.
Allah adalah pencipta alam semesta
dan pemberi hukum dalam alam semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia
menciptakannya dengan diatur hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di
alam semesta. Jadi alam semesta takluk pada hukum-hukum Allah.
b. Pada mahluk.
Allah yang menciptakan mahluk dan
manusia dengan hukum. Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah, hidup di bumi
dengan hukum. Karena manusia adalah sebagai mahluk moral, manusia dapat hidup
dalam hukum. Walaupun manusia sebagai mahluk yang berkehendak bebas, namun
manusia bertanggungjawab untuk hidup sesuai hukum. Bila individu-individu
manusia tak memelihara hukum, akan terjadi kekacauan dan bentrokan antar
individu. Jadi hukum diberikan Allah kepada manusia, supaya dapat hidup bersama
dengan baik. Namun manusia sebagai mahluk moral yang berkehendak bebas, dapat
memilih untuk memelihara hukum atau memberontak dan melanggar hukum, manusia
dapat memilih untuk menjadi baik atau menjadi jahat.
2. Pelanggaran hukum.
Hukum mutlak perlu untuk alam
semesta dan mahluk ciptaan. Allah juga memberi hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah sendiri. Bahasa hukum adalah “Engkau harus” dan “jangan
engkau”. Manusia mempunyai kuasa untuk memilih apa yang ia lakukan. Manusia
dikatakan sebagai agen moral dan agen kehendak bebas. Manusia dapat memilih
untuk dengan bebas melakukan kehendak sendiri tanpa hukum, atau memilih untuk
dengan kehendak sendiri melakukan yang sesuai dengan hukum. Dalam hubungan
dengan Allah, misalnya, dikatakan dalam Matius 4:10, “Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dialah saja engkau berbakti.” Melanggar hukum
ini adalah dosa, sebab dosa ialah “pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4).
E. Fakta Tentang Dosa
1. Penciptaan mengatakannya.
Segenap
alam mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah. Alam membuktikan bahwa ada
kehidupan dan kematian, ada keharmonisan dan perselisihan, ada keindahan dan
keburukan, terang dan gelap, yang menyatakan fakta adanya dosa.
Kekuatan-kekuatan alam dapat menjadi berkat tetapi dapat juga menjadi kutuk.
Bumi yang dimaksudkan memberkati manusia, tetapi ada waktunya mendatangkan
kesengsaraan. Ini semua jadi karena dosa telah masuk ke alam semesta. “Karena
engkau mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon yang telah
Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah
karena engkau.” (Kejadian 3:17).
2. Sejarah manusia mengatakannya.
Pandangan
singkat atas sejarah, dengan adanya perang, pertumpahan darah, kebencian,
pembunuhan, kebejatan moral dan ketamakan, menunjukkan bahwa ada yang salah
pada manusia bangsa-bangsa di bumi. Alkitab mengatakan bahwa perang dan
perkelahian, pertengkaran dan pembunuhan adalah karena dosa. (Yakobus 4:1-2).
3. Logika manusia menyatakannya.
Manusia
yang jujur akan mengakui bahwa ada yang salah di dalam dirinya. Ia mengakui
bahwa ia tidak harmonis di dalam dirinya. Inilah fakta adanya dosa di dalam
diri yang bersangkutan. Seorang yang jujur dengan dirinya, mengakui di Alkitab,
“Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku
benci, itulah yang aku perbuat. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang
baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang
jahat, yang aku perbuat.” (Roma 7:14,19). Manusia melakukan yang salah karena
ia orang berdosa.
4. Kata hati manusia menyatakannya.
Kata
hati manusia adalah saksi tentang dosa yang ada pada manusia. Pada saat
seseorang melakukan yang salah, kata hatinya menyalahkan dia, menuduh dan
menghukum dia. “Suara hati mereka saling menuduh atau saling membela.” (Roma
2:15). Kata hati membuktikan adanya dosa pada manusia.
5. Pengalaman manusia menyatakannya.
“Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran
jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan,
kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” (Markus
7:20,21). “Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi
pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima
kasih, tidak memperdulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai,
suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang
baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti
hawa nafsu daripada menuruti Allah.” (2
Timotius 3:2-4). Ayat-ayat Firman Tuhan ini dan ayat-ayat lainnya mengatakan
tentang dosa dalam hidup manusia dan pengalaman manusia mengesahkan bahwa apa
yang dikatakan Firman Allah benar. Pengalaman manusia menyatakan bahwa dosa itu
ada dalam hidup manusia.
6. Agama-agama manusia menyatakannya.
Bangsa-bangsa
di dunia mempunyai allah atau allah-allah yang disembah. Dengan korban-korban
dan ibadah mereka berusaha menyenangkan dewa-dewa karena rasa bersalah atau
dosa di hati mereka. Kepercayaan atau agama bangsa-bangsa di dunia membuktikan
adanya dosa pada manusia. Manusia dengan agamanya mau menutupi atau
menyelesaikan dosa itu.
7. Orang percaya menyatakannya.
Orang
percaya yang telah percaya Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya yang lebih
menyadari adanya dosa. Setelah mendengar Injil, percaya dan bertobat dan
dilepaskan dari dosa yang menguasainya, orang percaya lebih menyadari realitas
dosa itu. Tetapi orang percaya yang menyadari bahwa untuk menyelesaikan dosa
yang menguasai manusia, harus disucikan dan dikuasai oleh Firman Allah dan Roh
Kudus.
8. Kitab Suci menyatakannya.
Pengadilan
tertinggi untuk membuktikan sesuatu adalah Firman Allah. Justru Firman Allah
yang mengatakan bahwa semua manusia berdosa. “Karena semua orang telah berbuat
dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23). “Sebab itu, sama
seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga
maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12).
F. Teori-teori Tentang Dosa
1. Teori-teori yang salah tentang dosa.
a. Teori Ateistis.
Ateistis tidak percaya adanya Allah.
Karena tidak percaya adanya Allah, juga dengan sendirinya percaya tidak ada
Allah yang menyebabkan manusia berdosa kepadanya. Karena tidak ada Allah,
kepada siapa manusia berdosa dan mempertanggungjawabkan keberadaannya dan apa
yang ia lakukan? Itulah kekeliruan keyakinan Ateistis mengenai dosa.
b. Teori Determinisme.
Teori ini percaya bahwa manusia
tidak mempunyai kehendak bebas. Manusia tak dapat melawan apa yang baik atau
yang jahat. Pandangan ini bersifat fatalistis, karena manusia tak dapat menolak
apa yang akan datang, dan oleh sebab itu manusia tak dapat dipersalahkan untuk
apa yang dibuatnya. Inilah kekeliruan paham Determinisme mengenai dosa.
c. Teori Evolusi.
Teori ini berpegang bahwa manusia
adalah hasil dari evolusi, dan manusia mengalami evolusi dari monyet. Apa yang
dikatakan “dosa”, hanya merupakan sifat-sifat binatang (monyet) yang ada pada
manusia. Sebab itu manusia tak dapat dipersalahkan untuk apa yang dikatakan
sebagai “dosa”. Tetapi teori ini menyangkali bahwa manusia adalah mahluk moral
yang diciptakan menurut gambar dan teladan Allah. Inilah kekeliruan dari teori
Evolusi.
2. Teori-teori Bidat tentang dosa.
a. Christian Science (Ilmu
Pengetahuan Kristen).
Christian Science mengatakan bahwa
manusia tidak sanggup berdosa. Dosa adalah kesalahan pikiran fana. Manusia
hanya memikirkan bahwa ada dosa dan bila pikirannya diperbaiki, dosa tidak ada
lagi. Dosa, penyakit dan maut, bukan realitas tetapi hanya khayalan. Manusia
tidak dapat berdosa karena ia mendapat esensinya dari Allah.
b. Spiritisme.
Spiritisme mengatakan bahwa manusia
tidak pernah jatuh. Apapun yang dijalani manusia, baik dan yang jahat, adalah
jalan yang aturannya dan tujuannya Ilahi.
c. Russelisme.
Russelisme atau saksi Yehovah
mengatakan dosa, “Maut, padamnya hidup, adalah upah dosa”. Dalam waktu
millenium, roh akan dibangkitkan dan akan diberi kesempatan kedua atau
percobaan kedua untuk hidup kekal. Tiap-tiap orang tidak mati karena dosanya
sendiri, tetapi karena dosa Adam, sehingga di dalam Adam semua mati. Waktu
dimana manusia akan mati karena dosanya yaitu di milenium.
d. Teosofi.
Teosofi
mengajarkan bahwa semua pikiran meninggalkan jejaknya di tubuh dan muncul
kembali sebagai kecenderungan didalam inkarnasi yang akan datang. Roh manusia dapat berpindah dan
perbuatan manusia menentukan tubuh yang akan dimilikinya pada kelahirannya yang
berikut. Kebebasan dari dosa yaitu bila hilang di dalam perenungan meditasi.
e. Unitas.
Unitas mengajarkan bahwa tidak ada
dosa, penyakit atau kematian. Allah tidak melihat ada yang jahat pada manusia.
Dosa hanyalah kekurangan dalam menunjukkan sifat ilahi. Saya tidak dapat
menyalahkan diri saya atau dunia karena saya mempunyai nafsu karena Allah ada
dalamnya.
f. Mormonisme.
Mormonisme mengajar bahwa Adam perlu
mengambil bagian dalam memakan buah yang dilarang. Bila tidak demikian ia tidak
mengetahui yang baik dan yang jahat dan tidak mempunyai keturunan di dunia.
G. Teori-teori Kristen Tentang Dosa
a. Teori Pelagian – Teori ketidak-berdosaan manusia secara alamiah.
Teori ini berasal dari Pelagius,
seorang rahib di Inggris yang lahir sekitar tahun 370 M. Ia mengajarkan bahwa
dosa Adam hanya mempengaruhi dirinya. Ia berpendapat bahwa setiap jiwa manusia
yang diciptakan Allah tidak berdosa dan bebas dari kecenderungan yang rusak.
Allah menetapkan bahwa manusia bertanggungjawab untuk perbuatan dosa yang
dengan sengaja ia lakukan. Roma 5:12 yang mengatakan bahwa maut telah menjalar
kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa, ditafsirkannya bahwa
itu telah menunjuk kepada kematian fisik yang berlaku kepada manusia setelah ia
berbuat dosa.
b. Teori Arminian – Teori kerusakan yang diambil secara sukarela.
Arminius seorang profesor di Belanda
( 1560-1609 ) mengajarkan teori tentang dosa yang dianggap Semi – Pelagianisme.
Teori ini berpegang bahwa akibat dosa Adam manusia dilahirkan tanpa kebenaran
dan tak berkemampuan memperoleh kebenaran. Namun manusia tidak diperhitungkan
bersalah karena dosa Adam. Ia hanya bertanggungjawab karena dosa perbuatannya
yang sadar. Mengenai Roma 5:12 ia menafsirkan bahwa maut telah menjalar kepada
semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa, yaitu bahwa manusia
menderitakan konsekuensi dosa Adam. Karena itu Allah diwajibkan oleh tabiatNya
untuk mengirimkan pengaruh Roh Kudus untuk meniadakan kecenderungan yang jahat
yang diwarisi manusia karena kejatuhan Adam.
c. Teori Aliran Baru – Teori kerusakan yang tak-dapat-dihukum.
Teori ini berdekatan dengan teori
Arminian. Teori ini berpegang bahwa manusia hanya bertanggungjawab atas
perbuatan pribadi, walaupun semua manusia lahir dengan kecenderungan untuk
berdosa. Kematian bukanlah hukuman pada manusia, tetapi konsekuensi
ketidak-senangan Allah atas pelanggaran Adam. Mengenai Roma 5:12 ditafsirkan
bahwa kematian rohani melanda semua manusia, karena semua manusia secara aktual
dan pribadi telah berdosa.
d. Teori Federal – Teori tuduhan oleh perjanjian.
Teori ini berasal dari Cocceius (
1603- 1669 ), seorang profesor Belanda, yang dikembangkan oleh Francis
Turretin, juga seorang profesor Belanda. Teori ini berpegang bahwa Allah
mengadakan perjanjian dengan Adam sebagai kepada perwakilan manusia, yang
menjanjikan kehidupan kekal bila patuh, dan ada kematian dan kehancuran bila ia
tidak menaati. Karena Adam berdosa maka semua keturunannya berdosa. Allah
menyalahkan semua karena pelanggaran Adam. Teori ini berpegang bahwa setiap
jiwa yang diciptakan Allah ada sifat buruk dan berdosa sebagai hukuman atas
Adam.
e. Teori tuduhan tak langsung – Teori penghukuman karena kerusakan.
Teori ini berasal dari Plaesus (
1605-1655 ), seorang profesor Perancis. Ia mengajarkan bahwa semua manusia
telah rusak secara fisik dan moral dan inilah sumber semua dosa di dalam
manusia. Kerusakan fisik datang dari Adam karena pembiakan alami tetapi jiwa
yang diciptakan Allah menjadi rusak saat bersatu dengan tubuh. Roma 5:12
ditafsirkannya bahwa semua berdosa karena mempunyai sifat alamiah yang berdosa.
f. Teori Augustinus – Teori pimpinan alami Adam.
Teori ini pertama kali diterangkan
oleh Augustinus ( 354-430 ), dan kemudian dilanjutkan oleh Tertulianus. Teori
ini yang dipegang secara umum oleh para Reformator. Teori ini mengajarkan bahwa
dosa Adam dituduhkan kepada generasi keturunannya yang belum lahir, karena
kesatuan organis semua manusia “di dalam Adam”. Semua manusia ada di dalam di
pinggangnya, walaupun belum lahir. Adam sebagai kepala perwakilan manusia,
melakukan apa yang dilakukan manusia lain dalam percobaan yang sama. Roma 5:12
ditafsirkannya bahwa di dalam Adam semua manusia telah berdosa. Ini berarti
kematian fisik, rohani dan kekal, dan semuanya terlibat dalam pimpinan Adam
secara alamiah. Teori inilah yang paling Alkitabiah dibanding teori-teori yang
lainnya.
H. Hakekat Dosa
Didalam menjawab pertanyaan
"hakekat dosa", maka pembahasan kita tidak dapat lepas dari
"makna hakekat" dan juga studi tentang "hakekat". Studi
mengenai hakekat dikenal dengan ontologi, yaitu suatu bidang didalam filsafat.
Studi ttg hakekat pada dasarnya adalah mempertanyakan permasalah yang dihadapi secara terus-menerus (ontological question), sampai jawaban akhirnya adalah "sudah dari sananya". Kalimat "Sudah dari sananya" dianggap sebagai hakekat dari permasalahan yang dihadapi.
(Dalam arti yang lebih luas, ontological question tidak akan berhenti sampai disini saja, segala 'akibat' pasti memiliki 'sebab' dan hal tersebutlah yang dipahami sebagai hakekat, yakni: Suatu 'sebab' yang tidak memiliki 'penyebab')
Kembali pada tujuan menjawab permasalahan "hakekat dosa", maka pembahasan harus kembali kepada penciptaan manusia:
Studi ttg hakekat pada dasarnya adalah mempertanyakan permasalah yang dihadapi secara terus-menerus (ontological question), sampai jawaban akhirnya adalah "sudah dari sananya". Kalimat "Sudah dari sananya" dianggap sebagai hakekat dari permasalahan yang dihadapi.
(Dalam arti yang lebih luas, ontological question tidak akan berhenti sampai disini saja, segala 'akibat' pasti memiliki 'sebab' dan hal tersebutlah yang dipahami sebagai hakekat, yakni: Suatu 'sebab' yang tidak memiliki 'penyebab')
Kembali pada tujuan menjawab permasalahan "hakekat dosa", maka pembahasan harus kembali kepada penciptaan manusia:
§ Berfirmanlah Allah: "Baiklah
Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,..." - Kejadian 1:26
Dari kutipan diatas, kita dapat
melihat bahwa manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Pengertian disini
bukanlah "benar-benar sama" tetapi "menurut...". Manusia
adalah turunan (derivasi) dari Yang Sempurna, akan tetapi manusia sendiri tidak
sempurna.
§ ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia
itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya;
demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. - Kejadian 2:7
Dari Kejadian 2:7 diatas kita dapat
melihat bahwa manusia dibentuk dari debu tanah yang kemudian Dihembusi-Nya
nafas hidup. Hal ini menjawab mengapa manusia yang dicipta menurut gambar Yang
Sempurna tidak dengan serta-merta menjadi sempurna. Yaitu karena manusia
terdiri atas 2 substansi: Debu tanah yang bersifat fana dan nafas hidup ilahi
yang bersifat kekal. Akibatnya manusia memiliki sifat keterbatasan &
kesementaraan maupun sifat kemuliaan & kekekalan.
(Manusia diciptakan dari material
yang sudah ada, yaitu material yang SUDAH diciptakan-Nya, yaitu debu tanah.
Kata yang digunakan untuk 'membentuk' adalah יצר {yâtsar, formed} yang berbeda dengan kata yang digunakan
dalam Kej 1:1 untuk 'menciptakan' yaitu בּרא
{bârâ', created}. Penciptaan langit & bumi tidak menggunakan material yang
telah ada sebelumnya, creatio ex nihilo. Manusia dicipta dari 'yang ada' menjadi
'ada')
Kembali pada Pasal 1 dalam kitab Kejadian, kita dapat melihat bahwa setelah Allah menyelesaikan seluruh ciptaan-Nya, bumi & seluruh isinya, Allah menyatakan bahwa, "segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik":
Kembali pada Pasal 1 dalam kitab Kejadian, kita dapat melihat bahwa setelah Allah menyelesaikan seluruh ciptaan-Nya, bumi & seluruh isinya, Allah menyatakan bahwa, "segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik":
§ Maka Allah melihat segala yang
dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari keenam.
- Kejadian 1:31
Dari konfirmasi Allah tersebut kita
dapat melihat bahwa seluruh ciptaan Allah, termasuk manusia adalah, "sungguh
amat baik".
(Allah yang mengkonfirmasi ciptaan-Nya sebagai, "sungguh amat baik" dan tidak ada dosa yang baik dihadapan Allah. Sehingga pemahaman yang paling baik didalam hal penciptaan manusia ini adalah bahwa manusia pertama, laki2 & perempuan, dicipta-Nya tanpa dosa)
Sebelum kita melanjutkan pembahasan, ada suatu pemahaman yang harus kita mengerti terlebih dahulu, dan akan menjadi dasar dari uraian diberikut:
Walaupun manusia yang dicipta-Nya memiliki keterbatasan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang bersifat mulia dan tidak berdosa pada saat dicipta
Keberadaan manusia pada saat penciptaan (creation) adalah POSSE-PECARRE (bisa - berdosa; karena belum jatuh kedalam dosa), yaitu manusia dicipta dalam keadaan NETRAL: Bisa memilih untuk berdosa vs tidak berdosa.
Selanjutnya pembahasan ini akan melihat kembali peristiwa kejatuhan manusia, dimulai dari perintah-Nya dan kemudian dengan pelanggaran manusia:
(Allah yang mengkonfirmasi ciptaan-Nya sebagai, "sungguh amat baik" dan tidak ada dosa yang baik dihadapan Allah. Sehingga pemahaman yang paling baik didalam hal penciptaan manusia ini adalah bahwa manusia pertama, laki2 & perempuan, dicipta-Nya tanpa dosa)
Sebelum kita melanjutkan pembahasan, ada suatu pemahaman yang harus kita mengerti terlebih dahulu, dan akan menjadi dasar dari uraian diberikut:
Walaupun manusia yang dicipta-Nya memiliki keterbatasan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang bersifat mulia dan tidak berdosa pada saat dicipta
Keberadaan manusia pada saat penciptaan (creation) adalah POSSE-PECARRE (bisa - berdosa; karena belum jatuh kedalam dosa), yaitu manusia dicipta dalam keadaan NETRAL: Bisa memilih untuk berdosa vs tidak berdosa.
Selanjutnya pembahasan ini akan melihat kembali peristiwa kejatuhan manusia, dimulai dari perintah-Nya dan kemudian dengan pelanggaran manusia:
§ Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini
kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati." - Kejadian
2:16;17
Kita dapat melihat bahwa Allah
memberi suatu perintah langsung kepada Adam, didalam Kej 2:16-17 diatas. Dengan
suatu konsekuensi yang harus ditanggung apabila dia melanggar perintah
tersebut. Konsekuensi dari pelanggaran tersebut adalah sesuatu hal yang sangat
serius yaitu kematian
(Kematian memiliki 2 pengertian: Kematian secara fisik & kematian secara spiritual. Adam & Hawa memang tidak mati secara fisik pada saat mereka memakan buah pengetahuan tersebut, akan tetapi kematian secara spiritual terjadi pada saat mereka memakannya. Mereka hidup terpisah dari Allah dalam kutukan-Nya.)
(Kematian memiliki 2 pengertian: Kematian secara fisik & kematian secara spiritual. Adam & Hawa memang tidak mati secara fisik pada saat mereka memakan buah pengetahuan tersebut, akan tetapi kematian secara spiritual terjadi pada saat mereka memakannya. Mereka hidup terpisah dari Allah dalam kutukan-Nya.)
§ Tetapi ular itu berkata kepada
perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah
mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu
akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan
dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia,
dan suaminyapun memakannya.
- Kejadian 3:4-6
Dari kutipan diatas kita dapat
melihat bujukan iblis, yang dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tidak akan mati pada saat memakan buah tsb.
2. Akan menjadi sama seperti Allah, tahu yang baik & yang jahat
Dan kita juga dapat melihat respon dari perempuan itu (Hawa): "...menarik hati karena memberi pengertian (yang baik & yang jahat)"
Seharusnya pada saat ini kita telah dapat melihat hakekat dosa, berdasarkan kata-kata bujukan iblis & respon yang diberikan Hawa (yang juga disetujui oleh Adam):
Pertama, manusia melanggar perintah langsung dari Allah & sekaligus 'mempertanyakan' konsekuensi serius yang harus mereka hadapi pada saat melanggar perintah Allah yaitu kematian.
Kedua, manusia bertindak seperti hakim, sebagai penentu mana yang benar & salah, menjadi verifikator dari pernyataan Allah. Allah menyatakan "pastilah engkau mati" vs pernyataan iblis "sekali-kali kamu tidak akan mati". Apabila pemikiran perempuan tersebut dituliskan mungkin adalah sbb: "Masa sih mati? Kata ular tidak mati! Bahkan memberi pengertian". Dan mereka pun memilih untuk melanggar perintah Allah, sambil mempertanyakan pernyataan Allah, "pastilah engkau mati". Mereka pun mencurigai motivasi Allah pada saat Dia memberikan larangan tsb, "Allah melarang karena Dia tidak mau 'disamai' oleh kita manusia ciptaan-Nya".
(Dari point pertama & kedua diatas, kita dapat melihat bahwa manusia pertama menolak atau dengan kata lain menindas kebenaran Allah, yaitu apa yang Allah sendiri nyatakan)
Ketiga, manusia ingin menjadi 'seperti' Allah, dengan kata lain ingin melakukan kudeta dan kemudian mengambil alih apa yang sebenarnya merupakan hak Allah (yaitu kualitas yang dimiliki Allah) dalam hal ini, seturut bujukan iblis, adalah memiliki pengetahuan yang baik & yang jahat.
1. Tidak akan mati pada saat memakan buah tsb.
2. Akan menjadi sama seperti Allah, tahu yang baik & yang jahat
Dan kita juga dapat melihat respon dari perempuan itu (Hawa): "...menarik hati karena memberi pengertian (yang baik & yang jahat)"
Seharusnya pada saat ini kita telah dapat melihat hakekat dosa, berdasarkan kata-kata bujukan iblis & respon yang diberikan Hawa (yang juga disetujui oleh Adam):
Pertama, manusia melanggar perintah langsung dari Allah & sekaligus 'mempertanyakan' konsekuensi serius yang harus mereka hadapi pada saat melanggar perintah Allah yaitu kematian.
Kedua, manusia bertindak seperti hakim, sebagai penentu mana yang benar & salah, menjadi verifikator dari pernyataan Allah. Allah menyatakan "pastilah engkau mati" vs pernyataan iblis "sekali-kali kamu tidak akan mati". Apabila pemikiran perempuan tersebut dituliskan mungkin adalah sbb: "Masa sih mati? Kata ular tidak mati! Bahkan memberi pengertian". Dan mereka pun memilih untuk melanggar perintah Allah, sambil mempertanyakan pernyataan Allah, "pastilah engkau mati". Mereka pun mencurigai motivasi Allah pada saat Dia memberikan larangan tsb, "Allah melarang karena Dia tidak mau 'disamai' oleh kita manusia ciptaan-Nya".
(Dari point pertama & kedua diatas, kita dapat melihat bahwa manusia pertama menolak atau dengan kata lain menindas kebenaran Allah, yaitu apa yang Allah sendiri nyatakan)
Ketiga, manusia ingin menjadi 'seperti' Allah, dengan kata lain ingin melakukan kudeta dan kemudian mengambil alih apa yang sebenarnya merupakan hak Allah (yaitu kualitas yang dimiliki Allah) dalam hal ini, seturut bujukan iblis, adalah memiliki pengetahuan yang baik & yang jahat.
(Karena manusia memberontak kepada
Allah, INGIN menjadi sama dengan Allah, sehingga pada saat yang bersamaan
manusia HARUS menolak eksistensi Allah sebagai Yang Berdaulat & Yang
Berkehendak.)
Dalam Kejadian 3:14-19 kita dapat melihat kutukan Allah, baik kepada ular sang Iblis, manusia laki-laki & perempuan, dan juga kepada bumi (lih. ayat 17). Dan pada saat itulah manusia terpisah dari hadapan Allah oleh karena dosa yang mereka pilih sendiri. Mereka menanggung konsekuensi terusir dari tempat dimana Allah menempatkan mereka, yaitu Firdaus.
(Perhatikan, manusia yang memilih - dengan kebebasannya - untuk melawan Allah, yaitu berbuat dosa. Bukan Allah yang menetapkan dosa ataupun menetapkan manusia untuk jatuh kedalam dosa. Akan tetapi, sekalilagi, MANUSIA YANG MEMILIH UNTUK BERDOSA )
Kejatuhan manusia itulah yang menjadi awal masuknya dosa kedalam dunia (original sin, dosa asal), yaitu dosa yang diturunkan dari generasi ke generasi (bdk Rm 5:12-15). Setiap manusia memiliki kecendrungan untuk selalu berbuat dosa dengan kebebasan kehendaknya.
Dalam Kejadian 3:14-19 kita dapat melihat kutukan Allah, baik kepada ular sang Iblis, manusia laki-laki & perempuan, dan juga kepada bumi (lih. ayat 17). Dan pada saat itulah manusia terpisah dari hadapan Allah oleh karena dosa yang mereka pilih sendiri. Mereka menanggung konsekuensi terusir dari tempat dimana Allah menempatkan mereka, yaitu Firdaus.
(Perhatikan, manusia yang memilih - dengan kebebasannya - untuk melawan Allah, yaitu berbuat dosa. Bukan Allah yang menetapkan dosa ataupun menetapkan manusia untuk jatuh kedalam dosa. Akan tetapi, sekalilagi, MANUSIA YANG MEMILIH UNTUK BERDOSA )
Kejatuhan manusia itulah yang menjadi awal masuknya dosa kedalam dunia (original sin, dosa asal), yaitu dosa yang diturunkan dari generasi ke generasi (bdk Rm 5:12-15). Setiap manusia memiliki kecendrungan untuk selalu berbuat dosa dengan kebebasan kehendaknya.
Akibat kejatuhan manusia, keberadaan
manusia adalah NON POSSE - NON PECARRE (tidak bisa - tidak berdosa =
selalu berbuat dosa) yaitu hilangnya netralitas kehendaknya (bandingkan dengan
kondisi manusia pada saat penciptaan yang bersifat netral). Manusia tidak lagi
NETRAL: Memilih berdosa vs tidak berdosa, akan tetapi memiliki kecendrungan
untuk selalu berbuat dosa.
(Setelah manusia jatuh kedalam dosa, 'kebebasan kehendak' manusia menjadi hilang, dalam arti kehilangan netralitas pilihannya. Saat seseorang hanya bisa memilih untuk tidak taat, hanya bisa melakukan dosa, dirinya tidaklah bebas untuk berkehendak melakukan yang Benar dihadapan Allah)
(Setelah manusia jatuh kedalam dosa, 'kebebasan kehendak' manusia menjadi hilang, dalam arti kehilangan netralitas pilihannya. Saat seseorang hanya bisa memilih untuk tidak taat, hanya bisa melakukan dosa, dirinya tidaklah bebas untuk berkehendak melakukan yang Benar dihadapan Allah)
Kembali pada hakekat dosa, kita dapat
melihat dosa esensial (dosa yang mendasar) yang dilakukan oleh manusia:
Menolak eksistensi Allah & menindas kebenaran-Nya
(Apabila terus dipertanyakan 'sebab' dari Adam berdosa, maka jawaban akhirnya adalah karena dia ingin memiliki kualitas sebagaimana yang Allah miliki. Dan satu-satunya cara adalah dengan menolak keberadaan/eksistensi Allah sebagai yang berdaulat dan menolak kebenaran-Nya yaitu apa yang Allah nyatakan sebagai yang ' mutlak benar' dan harus ' mutlak ditaati' pula.)
Menolak eksistensi Allah & menindas kebenaran-Nya
(Apabila terus dipertanyakan 'sebab' dari Adam berdosa, maka jawaban akhirnya adalah karena dia ingin memiliki kualitas sebagaimana yang Allah miliki. Dan satu-satunya cara adalah dengan menolak keberadaan/eksistensi Allah sebagai yang berdaulat dan menolak kebenaran-Nya yaitu apa yang Allah nyatakan sebagai yang ' mutlak benar' dan harus ' mutlak ditaati' pula.)
I. Empat Relasi Universal Dosa
1.
Dosa sebagai kuasa yang membelenggu.
Relasi yang pertama adalah relasi
antara kita dengan kita, diri kita dengan diri kita. Hubungan ini dirusak oleh dosa
karena di dalam dosa kita mendapatkan sesuatu kekuasaan yang
mengikat, dimana kita tidak sadar itu dosa. Maka bagi
diri, dosa merupakan suatu kuasa yang membelenggu kita, yang melawan kehendak Allah. Ini adalah relasi pertama
yang dirusak. Pada saat sesuatu yang kita
kerjakan membelenggu kita, tetapi tidak melawan kehendak
Allah, itu bukan dosa.
Jadi pertama, dosa dimengerti di
sini sebagai satu istilah yang disebut sebagai kuasa. Dosa bukan
hanya dimengerti sebagai sesuatu kekuatan atau suatu kelakuan melainkan suatu
kuasa yang membelenggu dan mengikat kita. Itu disebut dosa. Di dalam Surat
Roma, Paulus mengatakan dengan jelas sekali, "Yang kuinginkan aku tak bisa
melakukan, yang aku tak inginkan justru aku lakukan." Apa artinya?
"Aku tidak mempunyai kebebasan." Karena di dalam diri ini ada sesuatu
yang begitu berkuasa sehingga kebebasan diri dipengaruhi oleh kekuatan itu. Itu
disebut dosa. Jadi dosa dimengerti sebagai suatu kuasa yang membelenggu dan
menghancurkan kebebasan kita.
Barangsiapa sedang memakai kebebasan
untuk berbuat segala sesuatu, menganggap bahwa dirinya adalah orang bebas, ia
salah. Karena begitu kebebasan itu dipakai untuk pertama kali dan hak itu
dipakai, langsung hak itu menjadi tuan untuk membelenggu Saudara. Misalnya,
pada waktu Saudara ingin menjadi seorang perokok, pertama kali Saudara
mengatakan, "Saya mau menjadi seorang perokok", Saudara seolah-olah
bebas. Setelah Saudara merokok satu kali, dua kali, tiga kali, Saudara telah
menjual kebebasan Saudara kepada kuasa rokok yang sedang membelenggu Saudara,
dan tanpa disadari Saudara sudah kecanduan dan sulit melepaskan darinya. Maka di sini dosa dimengerti sebagai
suatu kuasa yang membelenggu setelah Saudara menggunakan kebebasan yang
pertama.
2.
Dosa sebagai kelakuan yang merugikan.
Relasi kedua adalah relasi antara
diriku dan orang lain. Di sini dosa dimengerti sebagai suatu kebebasan yang
merugikan orang lain, baik sadar atau tidak sadar.
Kelakuan dan dosa dimengerti selain sebagai kuasa kini juga dimengerti sebagai
kelakuan, "an action", "behaviour", "conduct",
"an expressed living style". Suatu cara hidup, kelakuan, perbuatan dan tindakan yang sudah merugikan
orang lain. Ini dimengerti sebagai dosa. Perlu kita perhatikan bahwa baik istilah pertama: kuasa yang
membelenggu, lalu istilah kedua: kelakuan yang merugikan, keduanya adalah
merupakan pengertian yang diambil dari hukum negara.
3. Dosa sebagai alat pemersatu
dengan setan.
Dosa juga dimengerti dari relasi
universal yang ketiga. Diri kita dengan setan yang tidak kelihatan.
Justru karena setan tidak kelihatan, itu menunjukkan ia hebat. Kalau setan
setiap hari membuat dirinya terlihat, ia kurang pandai. Kalau seorang maling
berkata, "Berjaga-jagalah, nanti malam jam 2
saya datang," dia maling yang bodoh.
Setan begitu pintar sampai dia mengatakan,
"Sebab tidak ada setan, maka tidak perlu takut kepada setan; sebab tidak
ada setan, pasti juga tidak ada Allah." Maka akhirnya Saudara tidak
percaya setan, juga tidak percaya Allah. Saudara sudah masuk ke dalam jerat
setan.
Prof. Kurtkoch dari Stuttgart
University mengatakan, "Orang Jerman segan, malu, tidak mau ke gereja
karena mereka merasa modern. Tetapi justru pemimpin-pemimpin Jerman yang
tertinggi yang biasanya tidak mau ke gereja, takut dipermalukan orang lain,
takut dianggap terlalu ketinggalan, pada waktu menemukan kesulitan-kesulitan
paling hebat di dalam menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah,
mereka selalu ke rumah dukun-dukun untuk mendapatkan petunjuk dari para dukun.
Ini gejala yang aneh. Manusia yang percaya Tuhan seolah-olah ketinggalan jaman,
tapi jika dalam keadaan krisis pergi mencari dukun, mereka tidak takut.
Demikian juga banyak pendeta-pendeta seolah-olah mereka memimpin orang lain,
tetapi pada waktu menghadapi kesulitan-kesulitan, mereka tidak bisa mengambil
prinsip Alkitab untuk membereskan persoalan. Mereka pergi mencari psikiater-psikiater yang bukan Kristen.Penipuan-penipuan
seperti ini terus-menerus terjadi karena kita tidak percaya jawaban yang
sesungguhnya adalah Firman Tuhan dan bagaimana mendapatkan jawaban melalui
pimpinan Roh Kudus dan Firman dan prinsip yang benar. Hubungan aku dengan setan
ditiadakan oleh setan dengan penipuan "tidak ada setan", sehingga
karena Saudara kira tidak ada, Saudara tidak berjaga-jaga. Pada saat itu dia
sedang mengaitkan diri dengan Saudara. Ini merupakan sesuatu alat yang
mempersatukan manusia dengan setan.
4. Dosa sebagai
sikap melawan Allah.
Dosa dimengerti sebagai relasi
universal keempat yaitu dosa merupakan sikap melawan Allah; antara manusia
dengan Allah. Relasi ini seharusnya mempunyai poros sesuai dengan status asli
yang ditetapkan oleh Tuhan, tetapi sekarang sudah dikacaubalaukan,
diputarbalikkan. Yang utama menjadi tidak utama, yang tidak utama menjadi yang
utama, yang mutlak menjadi tidak mutlak, yang tidak mutlak menjadi mutlak.
J. Penyebaran Dosa
Dosa
bersifat universal. “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak”
(Roma 3:10; bnd Roma 3:1-10,23; Roma 5:12, 19; Mzm 14:1). Hanya Yesus Kristus,
yang hidup sebagai orang “tidak berdosa” (Ibrani 4:15). Dosa itu menyeluruh
bukan hanya secara geografis, tetapi mempengaruhi setiap manusia secara
keseluruhan. Yaitu: Kehendak (Yoh 8:34; Roma 7:14-24; Efesus 2:1-3; 2
Petrus 2:19). Pikiran dan Pengertian (Kejadian 6:5; Efesus 4:17). Perasaan
(Rm 1:24-27; I Tim 6:10; 2 Tim 3:4). Ucapan dan Perilaku (Mrk 7:21-22;
Gal 5:19-21; Yak 5:3-9).
Keadaan
manusia ini menurut John Calvin seorang tokoh reformasi Protestan disebut
sebagai “kerusakan total” (total depravity). Hal ini tidak
berarti bahwa taraf kejahatan setiap manusia sudah maksimal dan akan membuatnya
setaraf dengan setan. Akan tetapi hal ini menjelaskan bahwa tidak ada satu pun
dari segi watak, karakter dan kepribadian manusia yang luput dari pengaruh dosa
(Rm 7:18-23).
Kenyataan
bahwa orang sewaktu-waktu berpikir, berbicara atau bertindak dengan cara yang
relatif “baik” (Lukas 11:13; Rm 2:14-15), tidak membantah kerusakan total,
karena “baik” ini bukanlah kebajikan sepenuhnya sepanjang hidup yang
memungkinkan manusia menghadap Tuhan.
K. Jenis Dosa
Alkitab mengajarkan bahwa ada dua
jenis dosa secara umum.
Yaitu,
yang pertama disebut sebagai “Dosa Warisan”. Adam dijadikan Tuhan Allah
sebagai kepala umat manusia. Sebagai kepala umat manusia ia menerima
perintah/perjanjian Tuhan dan sebagai kepala umat manusia ia melanggar
perintah/perjanjian itu. Rasul Paulus mengatakan, karena seorang, dosa masuk ke
dalam dunia (Roma 5:12,19). Akibatnya semua orang sesudah Adam adalah berdosa
di hadapan Allah. Bukan hanya itu saja, kesalahan Adam juga diperhitungkan dan
dijatuhkan kepada umat manusia keturunannya (Kej 3; Rm 3:23; Rm 5:18).
Keberdosaan Adam, mengakibatkan masuknya dosa ke dalam dunia. Peristiwa
tersebut merupakan awal dari kerusakan moral manusia. Secara perlahan, dosa
mempengaruhi aspek-aspek hidup manusia, sehingga segala kecenderungan hati
manusia adalah jahat sejak kecil (Kejadian 8:21).
Kedua,
adalah “dosa perbuatan”. Yaitu dosa yang dilakukan oleh individu manusia
yang bersangkutan, baik secara sengaja atau tidak sengaja dan diperbuat melalui
hati/pikiran/pandangan mata/perkataan dan perbuatan.
L. Akibat /
Pengaruh Dosa
Kejatuhan
manusia ke dalam dosa mempunyai implikasi yang luas sekali kepada diri manusia
itu sendiri. Ada beberapa aspek yang akan kita lihat berkenaan dengan akibat
dari dosa yang dilakukan oleh manusia.
Dalam
hubungannya dengan Allah
Dampak
yang paling utama berkaitan dengan dosa yang dilakukan oleh manusia adalah
dalam hubungannya dengan Allah. Pertama, di mata Allah manusia sudah mati dan
akan menuju maut (Roma 3:23; Rm 6:23).
Kedua,
manusia tidak layak untuk menghadap Allah. Pengusiran Adam dan Hawa dari Taman
Eden ke luar, merupakan ungkapan geografis dari pemisahan spiritual manusia
dari Allah, serta ketidaklayakan untuk menghadap Dia dan menikmati keakraban
dengan Dia (Kej 3:23). Malaikat dengan pedang yang bernyala-nyala yang menutupi
jalan menuju Eden melambangkan kebenaran mengerikan bahwa dalam dosanya,
manusia menghadapi pertentangan dan perlawanan dari Allah, yaitu murka Allah
(Kej 3:24; Mat 3:7; I Tes 1:10).
Ketiga,
manusia tidak sanggup lagi melakukan kehendak Allah. Meskipun Allah memanggil dan
memerintahkan manusia dan menawarkan kepada kita untuk jalan kehidupan,
kebenaran dan kebebasan, kita tidak sanggup lagi menjawab panggilan Allah itu
sepenuhnya. Manusia tidak bebas dan tidak sanggup untuk menyesuaikan diri
dengan rencana Allah karena telah menjadi budak dosa (Yohanes 8:34; Roma
7:21-23).
Keempat,
manusia tidak benar di mata Allah. Kegagalan untuk mematuhi hukum dan kehendak
Allah membuat manusia berada di bawah kutukan hukum, rasa bersalah dan
penghukuman yang makin bertambah bagi pelanggar hukum (Roma 5:12; Ulangan
27:26; Galatia 3:10).
Kelima,
manusia tidak peka lagi terhadap firman Allah. Allah berbicara baik melalui
firman yang tertulis, yaitu Taurat, Alkitab dan juga lisan melalui
nabi-nabi-Nya kepada umat manusia. Akan tetapi dosa telah membuat manusia
menjadi bebal dan lebih memilih untuk tidak mentaati firman Allah. Akhirnya
manusia menjadi tidak mengenal Allah dan tidak mengerti hal-hal mengenai Roh.
Hal-hal ini membuat manusia menjadi angkuh dan dalam lingkup keagamaan, keangkuhan
ini diungkapkan sebagai pembenaran diri.
Manusia
menentukan sendiri norma-norma bagi dirinya dan membenarkan dirinya menurut
norma-norma itu. Manusia mencari-cari alasan bagi dosa dan merasa yakin di
hadapan Allah karena prestasi-prestasi moral dan religiusnya dengan berbagai
macam agama dan kepercayaannya. Ada juga yang kemudian menolak eksistensi Allah
secara teori (ateisme). Namun itu semua sesungguhnya hanya untuk bersembunyi
dari Allah (seperti Adam dam Hawa di Eden) dan untuk menghindari “keseraman”
apabila harus berdiri di hadapan Allah dengan kesalahannya terpampang di depan.
Dalam
hubungannya dengan sesamanya
Terputusnya
hubungan manusia dengan Allah langsung mempengaruhi hubungan manusia dengan
sesamanya. Adam menuduh Hawa dan menyalahkannya sebagai penyebab dosa (Kej
3:12). Kisah kejatuhan manusia segera diikuti dengan peristiwa pembunuhan Habel
(Kej 4:1-6). Dosa membuat manusia tidak lagi bisa saling mengasihi dengan
tulus, yang ada adalah konflik, perpecahan antar bangsa/suku, prasangka rasial,
dan terbentuknya blok-blok internasional yang saling bermusuhan.
Dosa
membuat perpecahan, pemisahan dan pertikaian antara manusia dan sesamanya baik
di dalam kelonpok masyarakat, agama, sosial, keluarga bahkan gereja. Dosa
membuat manusia “mengeksploitasi” sesamanya. Eksploitasi ini dapat dengan jelas
kita lihat dalam hubungan antara pria dan wanita. Sejarah mencatat kaum pria
telah mendominasi wanita dengan kekerasannya. Wanita digunakan bagi kepentingan
egois pria, penolakan pria memberikan persamaan hak dan martabat kepada wanita
merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.
Dalam
hubungannya dengan dirinya
Manusia
kehilangan arah batin dan hidup dalam sejuta konflik dalam dirinya (Lihat Rm
7:23). Pengaruh dosa nyata dalam penipuan diri sendiri. Manusia tidak lagi
mampu menilai dirinya dengan benar dan tepat. Dosa telah membuat manusia tidak
lagi mampu memandang dirinya sebagai ciptaan Allah yang mulia (Mzm 8:6).
Manusia menjadi malu dengan dirinya sendiri, batinnya senantiasa bergejolak
mencari arah kehidupan ini. Bahkan terkadang manusia tidak dapat berdamai
dengan dirinya sendiri.
Dalam
hubungannya dengan alam semesta
Manusia
telah kehilangan keharmonisannya dengan alam ini. Manusia yang seharusnya
memelihara dan mengusahakan bumi bagi kemuliaan Tuhan (Kej 2:15) malah
mengeksploitasinya secara sembarangan sehingga mengakibatkan kerusakan alam ini
(hutan menjadi gundul, banjir dsb). Udara, air, dan tanah menjadi kotor oleh
polusi yang disebabkan keserakahan manusia.
Dalam
hubungannya dengan waktu
Manusia
yang jatuh ke dalam dosa, hidup dalam waktu yang dibatasi karena dosa itu. Dosa
membuat manusia kehilangan kekekalan (Kej 2:17; 3:19), hari-harinya menjadi
terbatas (Mzm 90:9-10). Manusia harus menghadapi kematian sebagai akhir
hidupnya.
M. Kemenangan Atas Dosa
Kendati dosa adalah ihwal yang sangat menyedihkan, Alkitab menawarkan harapan dan optimisme menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa akbar ilahi mengatasi dosa, yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Bahwa keselamatan hanyalah dari Allah saja. Keselamatan berpusat pada Yesus Kristus, Allah yang kekal, telah menjelma menjadi manusia sebagai Adam terakhir, Juruselamat manusia. Dosa dikalahkan oleh karya Kristus – KelahiranNya yang ajaib, hidupNya yang taat kepada Alah secara sempurna, khususnya kematianNya di kayu salib, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke Sorga, kerajaanNya atas sejarah umat manusia dan kedatanganNya yang kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa rampasan dosa telah dibinasakan, tuntutannya yang sadis dan aneh ditelanjangi , kedok siasat najisnya dibuka dan dibuang, akibat-akibat buruk dari kejatuhan Adam dibungkamkan, diimbangi dan diimbali, sehingga kehormatan dan keakbaran Allah dibenarkan dan dikukuhkan, kekudusanNya dimantapkan dan kemuliaanNya berjaya luas.
Kendati dosa adalah ihwal yang sangat menyedihkan, Alkitab menawarkan harapan dan optimisme menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa akbar ilahi mengatasi dosa, yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Bahwa keselamatan hanyalah dari Allah saja. Keselamatan berpusat pada Yesus Kristus, Allah yang kekal, telah menjelma menjadi manusia sebagai Adam terakhir, Juruselamat manusia. Dosa dikalahkan oleh karya Kristus – KelahiranNya yang ajaib, hidupNya yang taat kepada Alah secara sempurna, khususnya kematianNya di kayu salib, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke Sorga, kerajaanNya atas sejarah umat manusia dan kedatanganNya yang kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa rampasan dosa telah dibinasakan, tuntutannya yang sadis dan aneh ditelanjangi , kedok siasat najisnya dibuka dan dibuang, akibat-akibat buruk dari kejatuhan Adam dibungkamkan, diimbangi dan diimbali, sehingga kehormatan dan keakbaran Allah dibenarkan dan dikukuhkan, kekudusanNya dimantapkan dan kemuliaanNya berjaya luas.
Itulah amanat akbar Alkitab "Allah
dalam Kristus telah menaklukkan dosa!". Dampak penaklukkan itu
terungkap dalam kehidupan umat Allah, yaitu orang-orang yang oleh iman kepada
Tuhan Yesus Kristus dan karya penyelamatanNya yang tuntas sempurna, dibebaskan
dari kesalahan dan hukuman dosa. Dan mereka mengalami penaklukkan kuasa dosa
melalui kesatuan mereka dengan Kristus. Proses pengalaman ini akan mencapai
puncaknya pada zaman akhir – pada waktu Kristus dalam kemuliaanNya datang untuk
kedua kalinya. Pada waktu itu pula umat Allah akan dikuduskan secara sempurna,
dosa akan dienyahkan dari ciptaan Allah, dan sorga serta bumi baru akan terwujud dimana kebenaran
diberlakukan.
N. Keselamatan
Alkitab
menyatakan setiap orang yang percaya kepada Yesus pasti selamat (IYoh.5:10-13).
Seorang percaya dapat, bahkan harus yakin akan keselamatannya, jikalau ia tidak
yakin akan jaminan keselamatan ini, berarti ia telah menganggap Allah pendusta.
Dasar keyakinannya adalah firman Allah yang kekal (I Petrus 1:25). Ini adalah
bukti obyektif.
Pengertian
“ Keselamatan “ didefinisikan : Memperoleh pembebasan atau bisa juga
perlindungan dari suatu bahaya yang mengancam Jiwa atau bisa juga dari
Kebinasaan (Kematian ). Dalam Lingkup agama makna keselamatan diatas dapat
diperoleh dengan berbagai macam penafsiran dan mungkin berbeda-beda pemahaman
yang intinya sama yaitu Manusia memperoleh pembebasan dari hukuman dan
mendapatkan kehidupan kekal. Inti dari Bagaimana cara memperoleh “Keselamatan“ ini dimaknai sangat berbeda antara
Agama Islam dengan Agama Kristen.
Agama Islam
memaknai Keselamatan manusia merupakan hasil upaya manusia dalam menghasilkan
amalan-amalan yang diperbuat dari manusia itu sendiri yang pada akhirnya oleh
Allah akan ditentukan (Istilahnya “ Ditimbang “) menurut standart Allah apakah
manusia itu dalam kehidupan dunianya melakukan amalan-amalan yang bertentangan
dengan perintah Allah (Dosa) atau amalan-amalan yang sesuai dengan perintah
Allah (Pahala). Masing-masing hasil amalan sebagai upaya manusia melakukan
perintah (Pahala) dan menghindari larangan Allah (menghindari Dosa) inilah yang
menentukan keselamatannya yaitu Sorga atau Neraka.
Dalam
Ajaran Kristen pun ada beberapa pengertian bagaimana cara Manusia memperoleh
Keselamatan. banyaknya pengertian “ Keselamatan “ ini dapat dimaknai dengan ada
banyaknya perbedaan pemahaman yang ditangkap oleh Umat Kristen terhadap
penjelasan Alkitab.
Berikut ini adalah beberapa contoh ayat tentang keselamatan :
·
Seorang Kristen adalah ciptaan baru.
“Jadi siapa
yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17). Ayat ini
berbicara mengenai seseorang yang menjadi ciptaan baru sebagai hasil dari
berada “di dalam Kristus.” Untuk seorang Kristen kehilangan keselamatan,
ciptaan baru ini harus dibatalkan.
Seorang
Kristen ditebus. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu
yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang
fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal,
yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak
bercacat” (1 Petrus 1:18-19). Kata “ditebus” merujuk pada pembelian yang
dilakukan, harga yang dibayar. Untuk seorang Kristen kehilangan keselamatannya,
Allah sendiri harus membatalkan pembelian yang telah dibayarnya dengan darah
Kristus yang berharga.
·
Seorang
Kristen dibenarkan.
“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita
hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”
(Roma 5:1). “Membenarkan” berarti “menyatakan sebagai tidak bersalah.” Semua
yang menerima Yesus sebagai Juruselamat “dinyatakan benar” oleh Allah. Untuk
seorang Kristen kehilangan keselamatan, Allah harus membatalkan kata-katanya
dan membatalkan apa yang sebelumnya telah dinyatakanNya.
·
Seorang
Kristen dijanjikan hidup kekal.
“Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Hidup kekal adalah janji untuk
berada dalam kekekalan bersama dengan Allah di surga. Allah berjanji,
“percayalah dan engkau akan beroleh hidup kekal.” Untuk seorang Kristen
kehilangan keselamatan, hidup kekal harus diambil kembali. Jika seorang Kristen
dijanjikan untuk hidup selama-lamanya, bagaimana mungkin Allah melanggar
janjiNya dengan mengambil kembali hidup kekal itu?
·
Seorang
Kristen dijamin untuk dimuliakan.
“Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka
itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.
Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8:30).
Sebagaimana kita pelajari dalam Roma 5:1, pembenaran dinyatakan pada saat
percaya. Menurut Roma 8:30 pemuliaan dijamin bagi semua yang dibenarkan Allah.
Pemuliaan adalah orang Kristen menerima tubuh kebangkitan yang sempurna di
surga. Jika orang Kristen dapat kehilangan keselamatan, Roma 8:30 salah, karena
Allah tidak dapat menjamin pemuliaan bagi semua yang ditentukanNya, dipanggil
dan dibenarkan.
Dalam Hal ini dapat disimpulkan
bahwa seseorang dalam Kristus tidak akan kehilangan keselamatannya, asalkan
orang tersebut bertahan akan imannya sampai akhirnya. Proses seseorang dapat telah
menghilang akan keselamatannya ialah jika orang tersebut mengalami kekecewaan
dalam Tuhan Yesus, kemudan setelah mengalami kekecewaan tersebut, orang
tersebut tidak lagi mau mendengar setiap perkataan dalma firman Tuhan dan mengabaikannya,
kemudia setelah tidak mau lagi meresponi akan teguran atau janji-janji Allah
tersebut, kemudian setelah orang tersebut tidak mau lagi mendengar, lalu orang
tersebut akan hidup dalam jalannya sendiri tanpa Allah dan mulai hidup dalam
dosa tersebut, kemudian setelah hidup dalam dosa, ia akan mulai mendukakan Roh
Kudus, serta memadamkan Roh dan akhirnya orang tersebut akan menyangkal dan
Murtad kepada Yesus dan inilah yang dikatakan orang yang kehilangan akan
keselamatannya.
Jenis-jenis Aspek Keselamatan
§ Pembaharuan
Dalam
Matius 19:28, dapat diakatakan bahwa pembaharuan dapat diartikan yaitu
“penciptaan kembali”. Dalam surat Titus 3: 5-6, dapat dikatakan bahwa kalimat
tersebut ialah “kelahiran kembali” menunjuk segi rohani dari kerajaan itu.
Kelahiran kembali dapat didefinisikan bahwa kita sudah mati dikuburkan dalam
dosa namun kita diselamatkan atau diberi kelahiran kembali oleh kasih
karunia Kristus Yesus diatas kayu salib-Nya.Mustahil jika orang yang ingin
masuk kerajaan Allah tidak memiliki hiup yang baru.
§ Pembenaran
Roma 5:1
sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera
dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus. Kata pembenaran ialah suatu
istilah pengadilan yang berarti “menyatakan benar”. Allah menyatakan orang
berdosa yang sudah diselamatkan tersebut sudah dibenarkan. Allah memberikan
pembenaran oleh kasih karunianya secara Cuma-Cuma kepada manusia (Roma 3:27),
Pembenaran dibeli dengan darah Yesus.
§ Penyucian
Dalam
pembenaran manusia dinyatakan supaya ia dapat menjadi benar dalam penyucian,
pembenaran ialah apa yang dialkukan oleh Allah untuk manusia dan penyucian
ialah apa yang dilakukan Allah dalam manusia. Penyucian terjadi secara
berangsur-angsur oleh Roh Kudus dan oleh Ffirman Tuhan oleh karena orang
percaya akan serupa dengan Kristus.
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Pdt. Stephen
Tong . Dosa, Keadilan &
Penghakiman . LRRI . Jakarta .
Harun
Hadiwijono . Iman Kristen . BPK
Gunung Mulia . Jakarta .
Louis Berkhoof
. Teologi Sistematika . LRRI .
Jakarta .
Derek Prime . Tanya Jawab Tentang Iman Kristen
. OMF . Jakarta .
Paul Enns . Handbook Of Theology Literatur .
SAAT . Jakarta .
Prof. Dr. J.
Verkuyl. Etika Kristen Jilid I Bagian Umum. BPK Gunung Mulia.
Jakarta .
Dr. Peter Wongso. Soteriologi (Doktrin
keselamatan). Seminari A
Makasih atas artikel ini, TUhan Yesus memberkati. Semoga akan semakin sadar akan dosa dan terus mengakui dosa itu kepada Tuhan agar disucikan dan diselamatkan, GBU
BalasHapusIya , sama - sama . GBU too :)
BalasHapusira yora...
BalasHapusmakash kax wat artiklnya.. Tuhan memberkati, trus semangat ea wat melayani Tuhan...
Terima Kasih kembali :)
Hapusterima kasih ya bang ini sangat jadi referensi untuk tugas skripsi saya, tuhan memberkati
BalasHapusTerimakasih buat Artikelnya,
BalasHapussangat membantu kaka..